Bentuk Sopan dicirikan dalam sebuah kalimat yang diakhiri dengan desu atau ~masu. Contohnya:
- Tabetai desu = (Saya) ingin makan.
- Taberu mae ni, te o araimasu = Sebelum makan, mencuci tangan.
- Tabeta koto ga arimasu = Saya pernah memakannya.
Jadi, walaupun dipakai bentuk ~nai, bentuk ~ta, dsb tetapi karena dipakai bersamaan dengan frase susulan dan berakhiran dengan desu atau ~masu, maka termasuk Bentuk Sopan.
Nah, sedangkan kalimat yang predikatnya berupa K. Kerja bentuk ~nai, bentuk ~ta, atau langsung berupa K. Sifat yang tidak diikuti dengan desu pada akhir kalimatnya disebut Bentuk Biasa. Contohnya:
- Ashita Osaka e iku = Besok saya pergi ke Osaka
- Mainichi isogashii = Setiap hari sibuk
- Watashi wa Nihonjin dewa nai = Saya bukan orang Jepang
Bentuk biasa ini dipakai sehari-hari dalam percakapan dengan teman akrab, atau orang-orang yang tidak perlu berbasa-basi seperti dalam keluarga.
Sebaliknya, dengan orang-orang yang kita jumpai untuk pertama kalinya, dengan atasan atau dengan orang yang sebaya tapi tidak begitu akrab, harus dipakai Bentuk Sopan.
Dengan orang yang baru pertama kali dijumpai atau dengan orang yang lebih tinggi derajatnya tapi kita rasakan akrab, ada kalanya bisa dipakai Bentuk Biasa.
Demikian pula dengan bawahan yang dirasa tidak begitu akrab, kadang-kadang dipakai Bentuk Sopan.
Untuk dapat mengetahui kapan dapat memakai Bentuk Biasa, kita perlu memahami hubungan antara manusia dalam masyarakat Jepang.
Berhati-hatilah karena penggunaan Bentuk Biasa yang salah dapat dianggap tidak sopan dan berakibat renggangnya hubungan.
2. Daftar Bentuk Biasa
①Bentuk Sopan dan Bentuk Biasa
|
Bentuk Sopan
|
Bentuk Biasa
|
K. Kerja
|
Kakimasu
Kakimasen
Kakimashita
Kakimasendeshita
|
Kaku (bentuk kamus)
Kakanai (bentuk –nai)
Kaita (bentuk –ta)
Kakanakatta (bentuk lampau –nai)
|
K. Sifat-i
|
Atsui desu
Atsukunai desu
Atsukatta desu
Atsukunakatta desu
|
Atsui (tanpa desu)
Atsukunai
Atsukatta
Atsukunakatta
|
K. Sifat-na
|
Hima desu
Hima dewa arimasen
Hima deshita
Hima dewa arimasendeshita
|
Hima da
Hima dewa nai
Hima datta
Hima dewa nakatta
|
② Bentuk Sopan dan Bentuk Biasa dari Frase Susulan
Bentuk Sopan
|
Bentuk Biasa
|
Arti
|
Pel.
|
Nomitai desu
Nomi ni ikimasu
|
Nomitai
Nomi ni iku
|
Ingin minum
Pergi minum
|
13
|
Kaite kudasai
Kaite imasu
|
Kaite
Kaite iru
|
Tolong tulis
Sedang menulis
|
14
|
Kaite mo ii desu
Kakanakute mo ii desu
|
Kaite mo ii
Kakanakute mo ii
|
Boleh tulis
Boleh tidak tulis
|
15
|
Kaite agemasu
Kaite moraimasu
Kaite kuremasu
|
Kaite ageru
Kaite morau
Kaite kureru
|
Saya akan tuliskan
Minta dituliskan
dituliskan
|
?
|
Ikanakereba narimasen
Ikanakute mo ii desu
|
Ikanakereba naranai
Ikanakute mo ii
|
Harus pergi
Tidak usah pergi
|
17
|
Taberu koto ga dekimasu
Taberu koto desu
|
Taberu koto ga dekiru
Taberu koto da
|
Bias makan
(hal) makan
|
18
|
Yonda koto ga arimasu
Yondari, kaitari shimasu
|
Yonda koto ga aru
Yondari, kaitari suru
|
Pernah baca
Baca, tulis, dsb
|
19
|
Apabila hendak mengubah kalimat yang terdiri dari gabungan beberapa kalimat yang dihubungkan dengan kara, ga, dsb menjadi Bentuk Biasa, maka kata-kata sopan dalam kalimat itu semuanya harus diubah menjadi Bentuk Biasa. Contohnya:
- Onaka ga itai desu kara byouin e ikimasu = Karena sakit perut, saya pergi ke rumah sakit.
Bentuk Biasa-nya menjadi: Onaka ga itai kara byouin e iku.
- Nihon no tabemono wa oishii desu ga, takai desu = Makanan Jepang enak tapi mahal.
Bentuk Biasa-nya menjadi: Nihon no tabemono wa oishii ga, takai.
3. Kalimat Tanya Bentuk Biasa
Biasanya dinyatakan dengan menghilangkan K. Tanya ka dan meninggikan nada (intonasi) pada akhir kalimat itu.
Contoh:
- Kohii o nomimasu ka?
Bentuk Biasanya menjadi: Kohii o nomu?
dengan nada (intonasi) pada akhir kalimat itu.
Memang ada pula ungkapan nomu ka dan mita ka dimana ka-nya tidak dihilangkan, tetapi pemakaiannya terbatas sekali misalnya di antara laki-laki, antara atasan terhadap bawahan, atau di antara orang-orang yang sangat akrab sekali (ayah kepada anak, dsb).
Dalam kalimat tanya K. Benda dan K. Sifat, dari bentuk biasa desu dihilangkan.
Contoh:
- Konban hima? = Malam ini ngganggur?
--> Un, hima (da yo) = Ya, nganggur
--> Uun, hima dewa nai = Tidak, tidak nganggur
--> Uun, hima ja nai = Tidak, tidak nganggur
Oh iya, pada percakapan, umumnya dewa nai berubah menjadi ja nai.
Pada jawaban positif, da kedengaran terlalu keras, jadi biasanya dihilangkan dan diperlukan dengan memakai Partikel Penutup.
4. Bentuk Biasa dari Hai dan Iie
- Hai --> Bentuk Biasanya menjadi Un
- Iie --> Bentuk Biasanya menjadi Un, Iya atau Iiya
5. Bahasa Laki-Laki dan Bahasa Wanita
Dalam Bahasa Jepang terkadang ada perbedaan dalam penggunaan kata-kata untuk laki-laki dan wanita.
Berikut contoh percakapan yang dilakukan oleh wanita:
Suzuki: Kimura-san, ashita no ban hima?
Sdri. Kimura, kamu besok malam ada waktu?
Kimura: Un, hima yo. Doushite?
Ya, ada. Kenapa?
Suzuki: Patti ni ikanai?
Bisa kita pergi ke pesta?
Kimura: Ii wa ne. Basho wa doko?
Bisa. Tempatnya dimana?
Suzuki: Fuji Hoteru. 6-ji goro hoteru no robii de matte iru wa.
Hotel Fuji. Aku tunggu di lobi hotel itu kira-kira jam 6.
Kimura: Wakatta wa. Ja mata ashita.
Baik. Sampai bertemu besok.
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment