30 May 2011

MALAS

Teman saya suka berdalih jika disuruh bekerja, banyak alasan dan teori, tapi prakteknya kosong, hanyasedikit kerja yang bias dilaksanakan. Dia sering sakit, pura-pura sakit, atau sakit sedikit da sakit benaran. Badannya sering pegel, kepala seing pusing, sakit perut dan sakit pinggang. Dari sorot matanya dia seperti kurang gizi, padahal makanannya banyak. Dia didiagnose oleh guru agamanya kena virus malas. Dia bekerja sebagai petani, lahannya berantakan tidak terurus, nyaris tidak ada hasil panen yang di dapat. Padinya sering kekeringan, bukan karena tidak ada air, tetapi karena terlambat tanam dan parit airnya selalu mampet. Tentu istrina sering ngambek, ngomel dan ogah-ogahan gara-gara virus malas teman saya. Lama-kelamaan istrinya juga mulai terserang virus malas, bahkan lebih berat lagi. Istrinya minggat digaet pria lain dengan menelantarkan anaknya. Teman saya jadi bertambah senewen.

Saya pernah memiliki seekor anjing yang dipelihara sejak kecil. Penampilannya lucu tapi malas. Kemalasannya bertambah setelah meningkat dewasa. Dia jarang menggonggong. Tubuhnya gendut dan bloon. Kemalasannya semakin menjadi-jadi, karena kebiasaannya kencing dna beol selalu di dalam ruangan, tidak di lua halaman. Bahkan jika rumah kosong dia selalu mencuri kesempatan untuk tidur di sofa atau di kursi tamu. Walaupun sudah dihajar setelah melakukan kebiasaan buruknya, tapi dia selalu suka mengulanginya dengan cuek. Teman saya mau memeliharanya dengan didikan yang lebih keras. Tapi kebiasaan malasnya semakin menjadi-jadi. Anjing itu sudah berpindah keempat tuan yang berbeda. Dua tahun kemudian saya menanyakan nasib anjing tersebut. Harapan saya semoga mantan anjing yang saya sayangi tersebut lebih bias hidup enak, karena kebiasaan buruknya hilang. Ternyata nasib berkata lain. Anjing itu sudah dijual ke tukang RW untuk dijasikan sate atau rawon. Dalam hati saya merenung, “Kemalasan selalu membawa bencana.”

Orang malas takut dengan pekerjaan besar dan banyak. Bahkan pekerjaan kecil dan sedikitpun dirasa besar dan banyak. Orang malas takut dengan tantangan, takut perubahan, bahkan takut dengan pikirannya sendiri yang selalu berandai-andai. Mereka takut gagal. Mereka menginginkan panen banak dengan menanam sedikit. Bahkan mereka menginginkan panen tanpa menanam. Orang malas suka tidur, suka mengantuk, suka berbaring, suka melipat tangan. Pekerjaannya tidak diselesaikan. Ladangnya penuh onak dan duri. Rumahnya kotor, ternaknya kurus. Organisasinya kacau menuju kebangkrutan. Peneliti Alkitab Perjanjian Lama, Derek Kidner, meringkas pelajaran yang dipelajari Salomo dari memperhatikan kebiasaan orang malas: Orang bijaksana akan belajar selama masih ada waktu. Ia mengetahui bahwa si pemalas bukan orang sinting, melainkan orang yang biasa membuat terlalu banak alasan, terlalu banyak penolakan, dan terlalu banak penundaan. Selalu tidak terasa dan seenaknya seperti jatuh tertidur.

Ingat pepatah : Rajin pangkal pandai, hemat pangkat kaa. Kebalikan dari pepatah ini adalah : Malas pangkal bodoh, boros pangkal miskin. Malas adalah pangkal kebangkrutan. Malas adalah pangkal kematian. Orang yang malas tidak memiliki motivasi, tidak memiliki inisiatif, tidak kreatif, tidak inovatif. Semangatnya telah mati di dalam dirinya. Orang malas bisa berjalan karena dibopong temannya. Pekerjaan rutinnya dilakukan dengan rasa bosan dan mengeluh. Tidak ada kemajuan baru dan pekerjaan baru yang dicobanya. Semuanya dianggap beban. Hati-hati dengan orang pemalas, karena penyakitnya bisa menular. Mungkin lebih ganas dari flu babi.

Seperti pintu berputar pada engselnya, demikian di pemalas di tempat tidurnya (Amsal, 26:14). Si pemalas berkeja hanya sekedarnnya, ibarat tarian poco-poco. Maju tiga kali mundur tiga kali. Dia berjalan atau berlari di tempat. Tidak ada prestasi kerja yang bisa dibanggakan. Seperti pintu berputar pada engselnya. Orang malas tidak memiliki sikap mental kerja keras. Kalaupun mereka bekerja keras hanya karena perutnya lapar. Tapi setelah kenyang dia akan tidur lagi, semangatnya kendor lagi. Kemampuan bekerja keras dan tekun merupakan sikap yang langka. Sikapnya bekrja seperti kerupuk, cepat lemas. Mentalnya bekerja anget-anget tai ayam, cepat dingin, baunya mantap. Kuncinya adalah latihan dan latihan untuk berkeja keras, bersemangat dan tekun. Tanpa latihan tubuh dan pikiran kita akan melorot kendor. Cepat sakit dan cepat lemas.

Seorang yang tekun mengerti pepatah : “Anda tidak perlu menjadi orang yang luar biasa untuk memulai, tetapi anda harus memulai untuk menjadi orang yang luas biasa”. Orang malas takut memulai, takut mencoba hal yang baru. Dalam sejarah peradaban manusia, tidak ada ditemukan orang mati karena bekerja keras. Tapi banyak sekali ditemukan mati karena malas. Bahkan dalam bisnis, tidak ada orang dipecat karena rajin, tapi justru banyak orang dipecat karena malas.

Kita harus belajar dari tikus yang terus rajin berusaha mencari kesempatan baru untuk menemukan keju. Tikus yang rajin menjadi pitar menghindari bahaya. Tikus yang malas cepat tua, kelaparan dan gampang terjebak bahaya. Harimau yang malas akan kelaparan. Setiap hari harimau harus terus berlatih agar larinya lebih cepat dan lebih gesit dari kijang. Kalau tidak maka harimau akan kelaparan. Demikian juga kijang, dia harus berlatih agar lebih kencang dan lebih gesit dari harimau. Kalau tidak maka dia akan diterkam. Kita sebagai manusia harus banyak belajar dari semut dan lebah. Mereka adalah makhluk yang rajin dan tekun, suka bergotong royong.

0 comments:

Post a Comment